Minggu, 13 Juli 2014

Ramadan Tiba, Kumandang Adzan Semakin Istimewa di Belanda

Adzan sholat Jumat di Masjid Al-Hikmah, Den Haag

Sudah menjadi rahasia umum bahwa saat adzan Maghrib adalah momen yang paling dinantikan oleh setiap muslim yang menjalankan puasa di bulan Ramadan. Adzan Maghrib menjadi pertanda berakhirnya masa sehari berpuasa menahan lapar dan dahaga. Momen jelang adzan dan sholat Maghrib tak pelak menjadi istimewa bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Di saat itulah mereka dapat bercengkrama di masjid atau mushola setempat, di kantor bersama teman-teman kerja maupun di rumah bersama keluarga besar sambil menantikan waktu berbuka puasa. Di banyak daerah di Indonesia, kegiatan jelang Maghrib bahkan sudah menjadi tradisi. Di Yogyakarta misalnya, dikenal istilah takjilan; sebuah acara yang diisi dengan pengajian atau ceramah keislaman menjelang adzan Maghrib dan buka puasa. Tentu saja, tradisi positif semacam ini sangat bermanfaat, karena selain membantu meningkatkan pemahaman ilmu agama, juga mempererat tali silaturrahim antar anggota masyarakat, kawan sekantor maupun keluarga besar. Kumandang adzan sebelum sholat wajib yang lain pun tidak kalah istimewanya, karena sejatinya adzan adalah pertanda waktu yang mengatur kegiatan umat Islam, baik di bulan Ramadan maupun bulan-bulan yang lainnya. 

Tidak berbeda dengan di Indonesia, adzan Maghrib maupun sholat-sholat wajib yang lain juga merupakan hal yang istimewa bagi umat Islam di Belanda. Bagi setiap muslim Indonesia yang terbiasa mendengarkan suara adzan di tanah air, adzan di Belanda menjadi sesuatu yang langka. Tidak heran bila di negeri yang hanya memiliki 5,8% penduduk muslim dari total angka populasinya ini (berdasarkan informasi dari Euro-Islam.info), lantunan adzan menjadi sesuatu yang dirindukan. Kalaupun ada masjid yang berdiri di kota-kota besar seperti Amsterdam, Den Haag dan Rotterdam, lantunan adzan tetap saja tidak serta merta bebas dikumandangkan di udara terbuka. Sang muadzin hanya bisa memperdengarkannya di dalam masjid. Hal ini menjadi pemandangan unik bagi saya saat pertama kali singgah di sebuah masjid di Belanda, yakni Masjid Eyup Sultan milik komunitas muslim Turki di Kota Groningen empat tahun silam. Pun demikian halnya dengan yang saya temui saat ini bila menjalani ibadah sholat Jumat bersama komunitas mahasiswa muslim di Technische Universiteit Delft (TU Delft) di Kota Delft dan saat sholat berjamaah di Masjid Al-Hikmah di pinggiran Kota Den Haag yang dikelola oleh masyarakat Indonesia di Belanda. Adzan, sekalipun dilantunkan di depan mikrofon, hanya terdengar di dalam masjid saja. 

Di Belanda, tiadanya adzan yang bebas dilantunkan di udara terbuka, di radio maupun televisi membuat setiap muslim yang berpuasa harus siap dengan jadwal sholat di tangan masing-masing, terutama untuk mengetahui waktu imsak sebagai penanda dimulainya puasa dan adzan Maghrib sebagai tanda berbuka setelah hampir 19 jam berpuasa. Bagi saya, hal kecil semacam ini ternyata mampu meluapkan rasa rindu pada tanah air Indonesia, dimana suasana Ramadan yang khas di lingkungan kita tinggal itu ada dan bisa dirasakan. Di Indonesia, suara adzan yang menggema seolah menjadi aroma tersendiri yang mengiringi syahdunya Ramadan. Suasana inilah yang terasa hilang saat saya berada di Belanda. Namun, apa boleh buat. Bagi saya, inilah konsekuensi yang harus dijalani dari keputusan saya beberapa tahun silam meninggalkan Indonesia dan tinggal di Belanda sementara waktu untuk melanjutkan studi di negeri kincir ini. Tentunya ada pelajaran berharga yang dapat saya petik. Ada rasa syukur yang mendalam akan tanah air Indonesia karena lantunan adzan yang selalu menggema saat waktu sholat tiba di sana dapat menjadikan diri semakin dekat secara batin kepada Sang Pencipta. Sayangnya, lantunan adzan justru sering dilupakan dan dianggap biasa saat berada di tanah air dan baru terasa istimewa saat kita berada di negeri orang dimana suara adzan adalah suatu hal yang kurang lazim didengarkan.

*) Manuskrip asli dari artikel "Saat Azan Magrib di Belanda Begitu Istimewa" yang dimuat di Detik Ramadan 2014, tanggal 13 Juli 2014 
(http://ramadan.detik.com/read/2014/07/13/090914/2635528/1598/1/saat-azan-magrib-di-belanda-begitu-istimewa)