Sabtu, 01 Agustus 2020

Catatan Ringan Tentang Toy Photography

Genre toy photography atau fotografi mainan barangkali bisa dijadikan pilihan alternatif bagi kita yang tangannya sudah gatal untuk menekan tombol shutter dan memotret objek, namun terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk hunting dengan jalan-jalan atau traveling ke luar rumah akibat pandemi Covid-19 saat ini. Genre ini tidak mensyaratkan kita berinteraksi secara intens dengan orang lain sebagai objek fotonya. Namun, cukup dengan mainan saja yang kita atur sedemikian rupa sehingga dapat difoto dan diperoleh hasil jepretan yang dramatis. Genre toy photography mungkin juga bagai dua sisi mata uang dengan genre miniature photography. Bedanya? Ya hanya di objeknya saja. Menyebut mainan pastinya tidak jauh-jauh dari anak-anak. Tetapi, menyebut miniatur, pastinya kita tahu bahwa ia bukan benda kecil seperti mainan biasa, melainkan sebuah bentuk mini dari benda riilnya dengan dibuat dengan sangat detil dan tentu saja: harganya (bisa jadi) mahal, hahahaa…


Sejak awal pandemi lalu, saya sudah beberapa kali mencoba genre fotografi mainan untuk sekadar mendapatkan pelampiasan bermain dengan kamera di rumah. Objek yang saya foto umumnya masih berupa mobil-mobilan die-cast, yang bentuknya lumayan bagus dan mendekati aslinya. Mobil-mobilan ini sempat saya beli di saat-saat santai ketika masih sekolah dulu, kurang lebih sejak sepuluh tahun yang lalu. Setelah bergulat dengan sejumlah cara untuk mendapatkan foto yang ciamik -setidaknya ciamik menurut citarasa saya, hehehe…- ada tiga hal utama yang bisa saya catat dalam tulisan ini.

Pertama, kita harus pintar-pintar menemukan sudut pandang yang menarik sebelum menekan tombol shutter. Karena objeknya kecil, maka perlu dicari sudut pandang atau angle yang membuat objek seolah-olah riil atau seperti nyata. Memposisikan kamera sejajar atau sedikit di bawah garis tengah atau lebih rendah dari objek bisa jadi salah satu solusi untuk mendapatkan pandangan yang menarik, karena objek menjadi terlihat lebih gagah. Namun, sekali lagi, urusan sudut pandang itu soal rasa pembidiknya, meskipun secara umum bisa dipelajari dan ada aturan umumnya. Dengan kata lain, menjadikan objek enak dipandang itu juga amat tergantung pada cita rasa pemotretnya.

Kedua, perhatikan intensitas dan arah cahaya. Bagaimanapun juga, cahaya adalah faktor terpenting dalam fotografi. Meski kita membidik objek hanya dengan kamera ponsel, foto yang kita beroleh akan ciamik dan keren bila kita tepat menempatkan objek di tempat yang mempunyai pencahayaan yang baik dari segi intensitas maupun arahnya. Mendapatkan tempat yang terekspos cahaya yang terang dan cukup, bahkan mampu memendarkan bagian-bagian penting dari objek, sangat bermanfaat untuk menjadikan objek sedap dipandang. Memanfaatkan cahaya untuk membuat foto silhouette hitam putih dari mainan bisa juga menjadi pilihan menggiurkan untuk dicoba.

Ketiga, mencarikan panggung yang menarik untuk objek. Ukuran mainan atau miniatur yang kecil membuat kita harus cerdik mencarikan atau bahkan membuat panggung untuk latar belakang objek yang kita bidik. Dan inilah proses yang paling kreatif selain mencari sudut pandang dalam fotografi mainan. Bisa jadi kita pilih tanah bebatuan untuk sebuah mobil-mobilan jip, hingga tercitra suasana off-road. Bisa juga kita tempatkan objek mainan di dekat genangan air hingga kita dapatkan efek refleksi. Pun tidak harus genangan air, lantai keramik biasa pun bisa memantulkan bayangan objek dengan baik bila tersiram cahaya yang cukup.

Lalu, bagaimana dengan kameranya? Menurut saya lho ya, tidak ada aturan pakem soal kamera. Tidak harus kamera mahal. Kamera ponsel pun sudah cukup, tinggal kreativitas kita menyiasati keterbatasan-keterbatasan yang ada. Akan lebih menarik bila kita dapatkan foto dengan kamera berlensa makro, sehingga detil objek bisa kita peroleh. Namun, sekali lagi, tidak ada aturan yang pakem, tinggal bagaimana kita bermain dan menikmati sepuas-puasnya mainan dan, tentunya, kamera kita. Selamat mencoba.