Sekira tahun 1965, Presiden Soekarno pernah diwawancarai oleh orang Jerman yang sedang berada di Istana Merdeka, Jakarta. Salah satu hal yang menarik adalah pada saat pewawancara itu bertanya kepada Soekarno tentang buku apa yang memiliki pengaruh besar pada pemikiran politik Sang Presiden? Ternyata Soekarno tidak langsung menjawabnya dengan menyebut bukunya satu per satu. Ia memulai jawabannya dengan mengungkapkan bahwa pemikiran politiknya adalah campuran dari sekian banyak gagasan-gagasan yang ia baca dari buku-buku yang ditulis oleh para pemikir-pemikir besar di masanya. Mulai dari Dante Alighieri hingga Hitler, yang ia ‘temui’ pada saat membaca buku-bukunya.
Penuturan
Presiden Soekarno tentang buku dan insipirasi pemikirannya pada 1965 di Istana
Negara, Jakarta (Foto diambil dari potongan video dalam channel Youtube Bimo K.A.) |
Satu hal yang menarik sebenarnya adalah ketika Soekarno mengungkapkan tentang mengapa ia gemar membaca buku. Soekarno mengawali dengan kehidupannya di masa mudanya dalam kemiskinan dan serba kekurangan materi. Ia kehilangan kesenangannya dalam kehidupan dengan materi; ia tinggal di rumah yang kecil, tidur di atas ranjang bambu dan tidak punya lampu listrik di rumahnya. Namun menariknya, ia tidak melanjutkan dengan bercerita untuk menggali simpati oleh karena kemiskinannya. Soekarno justru berujar bahwa saat itu ia memilih untuk ‘meninggalkan kekurangan materinya’ itu dengan membaca buku. Dengan buku, ia menemukan yang ia sebut sebagai the world of the mind, dunia (alam) pikiran, sebuah dunia yang di dalamnya ia bertemu dengan banyak orang hebat. Dari situlah Soekarno mendapatkan ide-ide atau insipirasi yang lantas ia racik dan olah sendiri hingga menjadi gagasan otentiknya sendiri, termasuk gagasannya tentang Pancasila. Menarik ya, kita pernah punya orang hebat, bukan hanya ditunjukkan oleh sekadar kharisma, gestur tubuh dan cara berbicaranya yang memukau. Tetapi, ia merupakan seseorang yang mempunyai pengalaman berpetualang dalam alam pikiran, dengan cara meresapi pemikiran-pemikiran orang besar di eranya, lalu melakukan sintesis ide-ide hingga lahir gagasan-gagasan besar yang tidak hanya sebatas teori tetapi praktik. Juga sebaliknya, bukan hanya tentang gagasan yang sekadar diterapkan atau dipraktikkan, tetapi juga telah digodog, diolah atau disintesis dengan baik, sehingga tidak mudah lekang oleh zaman. Pancasila adalah salah satu buktinya.
Dari sini kita belajar, bahwa
membaca adalah kebiasaan luar biasa yang sanggup mengasah kemampuan berpikir
seseorang. Apalagi membaca dari buku-buku yang ditulis oleh orang-orang yang
besar dalam pemikirannya. Memang benar, para pemimpin kita di masa
berdirinya republik ini memang orang-orang besar yang lahir dan hidup dengan
pengalaman membaca yang luar biasa. Selain Soekarno, tentu saja Mohammad Hatta,
Haji Agus Salim, Sutan Syahrir dan berderet tokoh lainnya adalah orang-orang yang
matang secara pemikiran, salah satunya karena pengalamannya hidup dalam the
world of mind dengan membaca dan menulis.