Liburan akhir tahun telah usai. Tahun yang lama
pun sudah berganti dengan yang baru. Saatnya kembali ke meja kerja untuk
berkarya lagi.
Kemarin adalah hari pertama saya masuk kerja di
tahun 2015, meski hari itu diliput mendung dan kabut sejak paginya. Seperti
biasa, di universitas tempat saya belajar, hari pertama masuk kerja di awal
tahun selalu diisi dengan social event,
alias kumpul-kumpul bersama semua kolega di kampus, utamanya mereka yang berada
dalam satu departemen. Oleh sekretaris departemen, acara sosial semacam ini
sudah diumumkan jauh hari sebelum libur panjang Hari Natal dan Tahun Baru lalu
tiba, sehingga setiap staf dan mahasiswa di departemen dapat menyesuaikan
jadwalnya untuk hadir.
Di departemen saya, event sosial ini diadakan saat coffee
break, atau istirahat minum kopi. Sambil meneguk hangatnya segelas kopi
yang diseduh dari mesin, bincang-bincang apapun dengan kolega berlangsung
kira-kira hampir 45 menitan.
Bagi saya, acara kumpul kolega semacam ini
memang bukan hal wajib yang untuk dihadiri. Namun saya merasa perlu untuk
datang. Setidaknya saya bisa setor muka, bertemu dengan kolega lain yang jarang
ditemui, walaupun masih dalam satu atap di gedung yang sama. Memang tidak semua
kolega di departemen saya kenal, mengingat ‘gemuk’-nya departemen yang saya
diami ini. Tetapi, beberapa kawan yang saya kenal dengan baik ternyata tidak
selalu gampang ditemui setiap harinya, karena kesibukan masing-masing. Seperti
halnya momen pasca lebaran di Indonesia, inilah momen baik untuk menyambung
tali silaturrahim dengan kawan-kawan di kampus. Walaupun kawan kita sedikit, rasanya
tetap penting menjaga hubungan baik dengan mereka semua.
Satu hal yang membuat saya belajar dari
acara sosial semacam ini adalah keterampilan berbasa-basi. Bagaimanapun juga
rasanya basa-basi itu penting, meski mungkin hati kecil kita tidak suka dengannya.
Sekadar bertanya kabar, kemana saja liburan kemarin, dan seterusnya, memang
tampak basa-basi. Tetapi, siapapun pasti senang bila ditanya dengan hal itu.
Inilah bentuk perhatian seorang manusia kepada manusia yang lain. Memang kita
harus memutar otak lagi memikirkan dengan kilat apa yang harus
dibicarakan selanjutnya. Namun, seiring dengan kentalnya pertemanan dan
frekuensi kita berbicara dengan kawan, berpikir kilat untuk mencari bahan
omongan bukan hal yang sangat sulit lagi. Tentu saja, tetap ada waktu dimana
kita kehabisan kata-kata atau tidak nyambung
lagi dengan topik yang dibicarakan, terutama bila lawan bicaranya adalah orang-orang yang tidak begitu akrab. Namun,
rasanya kendala ini tetap saja wajar terjadi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar