Selasa, 05 Mei 2015

Brussels Air Museum, Museum Pesawat Militer Belgia Punya

Setelah dua tulisan saya sebelumnya tentang Museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta, Indonesia dan Aviodrome di Lelystad, Belanda, kali ini saya ingin berbagi sedikit cerita tentang museum penerbangan atau pesawat terbang di negeri jirannya Belanda: Belgia.

Musée de l'Air de Bruxelles atau Brussels Air Museum. Begitulah nama yang disematkan pada museum yang berada di Kota Brussels, ibukota Belgia ini. Tepatnya, museum pesawat militer ini berada di kompleks taman Kota Brussels, Parc du Cinquantenaire. Pembaca yang sedang mengunjungi Kota Brussels dapat dengan mudah mengunjungi museum ini dengan alat transportasi publik. Dari stasiun utama Kota Brussels (Gare Centrale atau Centraal Station), pengunjung cukup menggunakan metro jalur 1 atau 5 dan berhenti di halte Merode, yang terletak di dekat kompleks taman tersebut. Satu lagi, pengunjung tidak dikenakan biaya untuk masuk ke dalam museum ini, hanya donasi sukarela untuk perawatan koleksi-koleksi yang ada.

Brussels Air Museum
Seperti halnya negara-negara di Eropa Barat yang lain, Belgia adalah salah satu negara utama pakta pertahanan atlantik utara (North Atlantic Treaty Organization) atau NATO. Bahkan, Brussels sendiri didaulat menjadi markas utama NATO hingga saat ini. Oleh karenanya, tidak mengherankan bila koleksi yang tersimpan di dalamnya kebanyakan adalah pesawat-pesawat milik Sekutu atau Blok Barat semasa Perang Dunia maupun Perang Dingin. Meski demikian, di museum ini juga tersimpan pesawat serang darat MiG-27 Flogger-D dan helikopter Mi-24 Hind buatan negara bekas seteru NATO di era Perang Dingin, Uni Sovyet sebelum bubar di tahun 1990. Memang hanya dua buah saja, namun koleksi dari negeri Beruang Merah itu ternyata masih otentik dengan dekorasi atau marking asli ala pesawat militer Uni Sovyet.

Gedung dan tata letak koleksi di Brussels Air Museum ini cukup sederhana. Tidak seperti di Dirgantara Mandala maupun Aviodrome yang terbagi dalam ruang dalam dan luar (indoor and outdoor) untuk menyimpan koleksinya, museum ini hanya menempati satu hall besar dimana pesawat berbagai ukuran diparkir sedemikian rupa dan serapi mungkin.

Begitu melewati pintu gerbang museum, pengunjung ‘disambut’ oleh sebuah pesawat legendaris dari ‘keluarga’ F-4 Phantom buatan Amerika Serikat. Pesawat ini bersalin kode menjadi RF-4 karena perannya sebagai pengintai-tempur (Reconnaissane-Fighter). Sejurus masuk lebih dalam, beragam koleksi mulai tampak batang hidungnya dalam deretan. Mulai dari beberapa helikopter milik militer Belgia, F-104 Starfighter, Mirage F-1, Mystere, F-86 Sabre, Fouga Magister, T-33A Bird dan duo Soviet MiG-27 Flogger-D dan helikopter Mi-24 Hind. Yang menarik, di bagian tengah hall, terpajang pesawat yang cukup modern, yakni F-16A Fighting Falcon bekas pakai Angkatan Udara Belgia. Bagi saya, inilah momen pertama menyaksikan dengan mata kepala sendiri sebuah pesawat tempur yang konon paling laris dan ‘berprestasi’ di seantero jagad hingga detik ini.

RF-4 Phantom II
MiG-27 Flogger-D (kiri) dan Mi-24 Hind (kanan)

Dassault Mystere
Mirage F.1
F-16A Fighting Falcon
Bagian belakang hall museum diisi dengan berbagai pesawat tempur seperti A-26 Invader, Hawker Hurricane, model B-29 Stratofortress, Pembroke P-38, DC-3 Dakota dan si gembrot C-119 Flying Boxcar. Pesawat yang disebut terakhir mengingatkan saya akan film Flight of the Phoenix (2004), dimana pesawat ini menjadi ‘tokoh utama’ selain Denis Quaid dan Tyrese Gibson.

A-26 Invader
C-119 Flying Boxcar

Hawker Hurricane
Pembroke P-38
Mengarah ke pintu keluar yang dirangkap sekaligus oleh pintu gerbang museum, beragam koleksi masih tertata rapi walau berlumur debu. Misalnya, pesawat tempur jet pertama di dunia: Gloster Meteor dan varian tempur malamnya, F-84F Thunderstreak dan varian intainya, Hawker Hunter, Mirage V dan CF-105 Canuck. Seperti umumnya museum penerbangan, tidak hanya koleksi pesawat saja yang ditampilkan di dalamnya. Di museum ini juga dipajang deretan mesin-mesin yang sengaja dilepas dari badan pesawat untuk dipamerkan. Selain itu, dipamerkan mobil yang sering ‘mejeng’ bersama para ground-crew di lapangan terbang serta sebuah diorama yang bercerita tentang tentara Belgia dengan senjata penangkis serangan udaranya.

CF-105 Canuck
F-84F Thunderstreak
Gloster Meteor NF.11
Gloster Meteor
Mirage V
Secara umum, Brussels Air Museum sangat menarik bagi para peminat penerbangan militer. Walau demikian, urusan perawatan koleksi dan cara menyajikannya tampaknya masih menjadi kendala bagi pengelola museum. Berbeda dengan Aviodrome yang sangat tertata dan berusaha menyajikan informasi selengkap dan semenarik mungkin, bahkan melengkapinya dengan area bermain anak-anak untuk menumbuhkan kecintaan mereka pada dunia dirgantara. Sekedar menerka, hal ini sangat dimungkinkan berkaitan dengan minimnya anggaran untuk operasional Brussels Air Museum ini. Sebagai informasi, Aviodrome yang apik itu mematok harga tiket 16,5 Euro, sedangkan Brussels Air Museum tidak menarik biaya sepeser pun. Apapun itu, pembaca yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh dapat mengunjungi situs resmi museum ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar