Setelah dua
tulisan saya sebelumnya tentang Museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta,
Indonesia dan Aviodrome di Lelystad, Belanda, kali ini saya ingin berbagi
sedikit cerita tentang museum penerbangan atau pesawat terbang di negeri
jirannya Belanda: Belgia.
Musée de l'Air de Bruxelles atau Brussels Air Museum.
Begitulah nama yang disematkan pada museum yang berada di Kota Brussels,
ibukota Belgia ini. Tepatnya, museum pesawat militer ini berada di kompleks taman Kota Brussels, Parc du Cinquantenaire. Pembaca yang
sedang mengunjungi Kota Brussels dapat dengan mudah mengunjungi museum ini
dengan alat transportasi publik. Dari stasiun utama Kota Brussels (Gare Centrale atau Centraal Station), pengunjung cukup menggunakan metro jalur 1 atau
5 dan berhenti di halte Merode, yang terletak di dekat kompleks taman tersebut.
Satu lagi, pengunjung tidak dikenakan biaya untuk masuk ke dalam museum ini,
hanya donasi sukarela untuk perawatan koleksi-koleksi yang ada.
|
Brussels Air Museum |
Seperti halnya negara-negara
di Eropa Barat yang lain, Belgia adalah salah satu negara utama pakta
pertahanan atlantik utara (North Atlantic
Treaty Organization) atau NATO. Bahkan, Brussels sendiri didaulat menjadi
markas utama NATO hingga saat ini. Oleh karenanya, tidak mengherankan bila
koleksi yang tersimpan di dalamnya kebanyakan adalah pesawat-pesawat milik
Sekutu atau Blok Barat semasa Perang Dunia maupun Perang Dingin. Meski
demikian, di museum ini juga tersimpan pesawat serang darat
MiG-27 Flogger-D dan helikopter Mi-24 Hind buatan negara bekas seteru NATO di era
Perang Dingin, Uni Sovyet sebelum bubar di tahun 1990. Memang hanya dua
buah saja, namun koleksi dari negeri Beruang Merah itu ternyata masih otentik
dengan dekorasi atau marking asli ala
pesawat militer Uni Sovyet.
Gedung dan tata
letak koleksi di Brussels Air Museum ini cukup sederhana. Tidak seperti di
Dirgantara Mandala maupun Aviodrome yang terbagi dalam ruang dalam dan luar (indoor and outdoor) untuk menyimpan koleksinya, museum ini hanya menempati
satu hall besar dimana pesawat
berbagai ukuran diparkir sedemikian rupa dan serapi mungkin.
Begitu melewati
pintu gerbang museum, pengunjung ‘disambut’ oleh sebuah pesawat legendaris dari
‘keluarga’ F-4 Phantom buatan Amerika Serikat. Pesawat ini bersalin kode menjadi RF-4
karena perannya sebagai pengintai-tempur (Reconnaissane-Fighter). Sejurus masuk lebih dalam, beragam koleksi
mulai tampak batang hidungnya dalam deretan. Mulai dari beberapa helikopter
milik militer Belgia, F-104 Starfighter, Mirage F-1, Mystere, F-86 Sabre,
Fouga Magister, T-33A Bird dan duo Soviet MiG-27 Flogger-D dan helikopter Mi-24
Hind. Yang menarik, di bagian tengah hall,
terpajang pesawat yang cukup modern, yakni F-16A Fighting Falcon bekas pakai
Angkatan Udara Belgia. Bagi saya, inilah momen pertama menyaksikan dengan mata
kepala sendiri sebuah pesawat tempur yang konon paling laris dan ‘berprestasi’ di seantero
jagad hingga detik ini.
|
RF-4 Phantom II |
|
MiG-27 Flogger-D (kiri) dan Mi-24 Hind (kanan) |
|
Dassault Mystere |
|
Mirage F.1 |
|
F-16A Fighting Falcon |
Bagian belakang hall museum diisi dengan berbagai
pesawat tempur seperti A-26 Invader, Hawker Hurricane, model B-29
Stratofortress, Pembroke P-38, DC-3 Dakota dan si gembrot C-119 Flying Boxcar.
Pesawat yang disebut terakhir mengingatkan saya akan film Flight of the Phoenix (2004), dimana pesawat ini menjadi ‘tokoh
utama’ selain Denis Quaid dan Tyrese Gibson.
|
A-26 Invader |
|
C-119 Flying Boxcar |
|
Hawker Hurricane |
|
Pembroke P-38 |
Mengarah ke
pintu keluar yang dirangkap sekaligus oleh pintu gerbang museum, beragam
koleksi masih tertata rapi walau berlumur debu. Misalnya, pesawat tempur jet
pertama di dunia: Gloster Meteor dan varian tempur malamnya, F-84F
Thunderstreak dan varian intainya, Hawker Hunter, Mirage V dan CF-105 Canuck.
Seperti umumnya museum penerbangan, tidak hanya koleksi pesawat saja yang ditampilkan
di dalamnya. Di museum ini juga dipajang deretan mesin-mesin yang
sengaja dilepas dari badan pesawat untuk dipamerkan. Selain itu, dipamerkan mobil yang sering ‘mejeng’
bersama para ground-crew di lapangan
terbang serta sebuah diorama yang bercerita tentang
tentara Belgia dengan senjata penangkis serangan udaranya.
|
CF-105 Canuck |
|
F-84F Thunderstreak |
|
Gloster Meteor NF.11 |
|
Gloster Meteor |
|
Mirage V |
Secara umum, Brussels Air Museum
sangat menarik bagi para peminat penerbangan militer. Walau demikian, urusan perawatan koleksi dan cara menyajikannya tampaknya masih
menjadi kendala bagi pengelola museum. Berbeda dengan Aviodrome yang sangat
tertata dan berusaha menyajikan informasi selengkap dan semenarik mungkin,
bahkan melengkapinya dengan area bermain anak-anak untuk menumbuhkan kecintaan mereka
pada dunia dirgantara. Sekedar menerka, hal ini sangat dimungkinkan berkaitan dengan minimnya
anggaran untuk operasional Brussels Air Museum ini. Sebagai informasi, Aviodrome yang apik itu
mematok harga tiket 16,5 Euro, sedangkan Brussels Air Museum tidak menarik
biaya sepeser pun. Apapun itu, pembaca yang tertarik untuk mengetahui lebih
jauh dapat mengunjungi situs resmi museum ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar