Akhir pekan lalu, saya
berkesempatan lagi menyambangi bioskop untuk sekedar mencari hiburan bersama
keluarga. Sebenarnya ada beberapa film layar lebar yang menarik perhatian saya.
Namun, mempertimbangkan usia anak saya, akhirnya saya memutuskan untuk menonton
sebuah film animasi bertitel Smallfoot yang
baru saja dirilis beberapa hari sebelumnya.
Smallfoot berkisah tentang kehidupan makhluk raksasa berkaki besar
yang konon ada dan tinggal di Pegunungan Himalaya. Banyak bacaan menamai
makhluk besar ini dengan sebutan ‘Yeti’. Adalah Migo, sesosok Yeti yang menjadi
tokoh utama dalam film ini. Awalnya, Migo didaulat membantu sang ayah menabuh
gong pertanda pagi telah menjelang di desa tempat ia tinggal. Namun, sebuah
pertemuan yang tak disangkanya dengan seorang pilot yang tengah menyelamatkan
diri dari kecelakaan pesawat yang ditumpanginya di Himalaya membuat Migo harus
memulai petualangan serunya bersama keempat kawannya.
Singkatnya, Migo ingin membuktikan
bahwa ia telah bertemu dengan manusia, yakni pilot yang terdampar di Himalaya
tersebut, kepada warga desa. Namun, ia gagal membuktikannya, lantaran pilot
beserta bangkai pesawatnya terjatuh di tempat yang lebih rendah yang selalu
tertutupi oleh awan tebal hingga tak tampak dari desa tempat Migo tinggal.
Akhirnya, Migo harus menjalani hukuman berupa pengasingan karena dianggap
berbohong. Meski diasingkan, keempat kawan Migo justru tidak membiarkannya
sendirian. Mereka justru mengajak Migo untuk bersama-sama membutikan apa yang
Migo temukan. Kekonyolan demi kekonyolan yang berujung pada kejenakaan sering dilakukan
oleh Migo dan kawan-kawannya, mengiringi petualangan seru mereka yang berlatar
salju tebal, pegunungan tinggi serta desa cantik berhias lampu-lampu di malam
hari.
Dalam tulisan kali ini, saya
tidak ingin bercerita banyak tentang plot cerita Migo dan kawan-kawannya. Namun,
yang lebih menarik adalah membicarakan sebentar pesan moral yang saya tangkap
dari film Smallfoot ini. Kesan saya
yang paling mendalam adalah, bahwa film berdurasi hampir satu setengah jam ini
tampaknya cocok untuk dinikmati para akademisi dan peneliti yang berkutat
dengan dunia ilmiah.
Pesan pertama adalah tentang curiosity. Petualangan Migo dan keempat
kawannya dibumbui dengan sebuah pesan tentang pentingnya memiliki curiosity atau rasa penasaran. Rasa
penasaran inilah yang pada akhirnya menggerakkan keinginan kita untuk mengeksplorasi
alam semesta ini. Ia adalah bahan bakar yang menggerakkan ilmuwan sejati untuk
bereksperimen, bereksplorasi atau meneliti apapun yang ada di alam raya ini.
Tanpanya, ya tidak akan ada semangat meneliti. Lirik theme song film ini, “Wonderful Life”, cukup menggambarkan betapa
menyenangkannya melakukan sesuatu atas dasar rasa ingin tahu dan penasaran.
Pesan kedua adalah tentang integrity. Ya, integritas. Inilah pesan
yang tak kurang pentingnya dari film ini. Dengan memegang teguh integritas, kita
tidak diperkenankan berbohong, apalagi hanya untuk sebuah ketenaran atau
kepopuleran. Demikianlah yang seharusnya dilakukan oleh para peneliti dan
akademisi. Dikisahkan dalam film ini, seorang reporter bernama Percy sedang
mengalami depresi akibat turunnya rating program
acara televisi yang dipunggawainya. Ia dihadapkan pada situasi bahwa ia bisa
tenar tetapi harus berbohong tentang keberadaan Yeti. Di akhir cerita, sang
reporter akhirnya memilih jalan yang seharusnya, dimana ia tinggalkan ketenaran
dan bersikap jujur. Bahkan, ia mengorbankan reputasi baiknya demi menyelamatkan
para Yeti itu dari sergapan manusia-manusia yang ingin memburunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar