Tulisan ini saya dedikasikan untuk semua
sahabat saya yang telah menjadi rekan kerja paling yahud selama setahun terakhir. Kami semua tergabung dalam Divisi
Ilmiah Perhimpunan Pelajar Indonesia di Delft (PPI Delft).
Terhitung sejak pertengahan April 2014, saya
diamanahi oleh Ketua PPI Delft 2014/2015, Mas
Yudha Prawira Pane, sebagai koordinator Divisi Ilmiah organisasi ini. Tugas
utama saya bersama teman-teman dalam tim ini adalah mengkoordinir
penyelenggaraan program acara semi-ilmiah yang diberi nama Kolokium Pelajar
Indonesia di Delft, atau disingkat KOPI Delft. Seminar mini dan diskusi ini
terbuka untuk diikuti oleh seluruh anggota PPI Delft maupun siapa saja yang
tertarik. Narasumbernya adalah para mahasiswa di Delft sendiri, terutama yang
baru atau sudah selesai melakukan proyek penelitiannya, atau tamu yang sengaja
diundang untuk berbagi pengetahuan sesuai dengan bidang keahliannya.
Lalu, bagaimana kami bekerja? Harus diakui, tanpa
kegiatan organisasi semacam PPI ini pun, setiap anggota tim yang saya pimpin ini sudah
cukup sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Baik yang sedang menempuh studi
S2 (M.Sc.) maupun S3 (Ph.D.), semuanya mempunyai agenda sendiri-sendiri, baik
kuliah, riset maupun meeting dengan pembimbing atau mitra kerja. Kenyataan inilah yang
membuat Divisi Ilmiah sama sekali tidak pernah mengadakan kopi darat, bertemu
dan melakukan rapat secara intensif di sepanjang satu tahun periode kepengurusan.
Kopi darat atau ‘ketemuan’ hanya
berlangsung di sela-sela acara KOPI Delft berlangsung.
Satu-satunya media kami untuk berkomunikasi secara intens adalah e-mail. Melalui surat elektronik yang
terhubung pada semua alamat anggota tim, kami berinteraksi satu sama lain.
Metode semacam ini kemudian kami sebut sebagai ‘e-Rapat’. Ternyata, dengan cara
ini diskusi tetap saja bisa mengalir. Bahkan, rekor 114 thread pernah tercapai
untuk membicarakan persiapan dan finalisasi acara kolokium di bulan Oktober
2014 lalu.
Lalu, apa yang dibicarakan dalam e-rapat? Ya, tidak ubahnya seperti rapat biasanya,
apapun kami bicarakan. Namun, yang tidak pernah kami lupakan adalah
pendelegasian tugas dalam mengeksekusi sebuah agenda kolokium. Singkatnya,
untuk sebuah acara KOPI Delft, hanya dibutuhkan lima orang saja untuk bertugas
di lapangan, yakni seorang sebagai moderator, seorang operator kamera video yang merekam acara, seorang lagi
sebagai reporter yang meliput isi presentasi yang disampaikan, seorang dengan
kamera untuk dokumentasi foto, serta satu orang lagi yang menjamin ketersediaan
konsumsi saat acara berlangsung. Meski demikian, untuk mendukung kesuksesan
acara, masih diperlukan dua orang lagi yang menjalankan tugas yang cukup
krusial, yakni seorang yang bertugas mencarikan tempat untuk acara kolokium dan publikasi acara
tersebut menjelang hari-H. Kecuali publikasi, keenam tugas tadi digilirkan kepada
siapa saja anggota tim yang ingin berpartisipasi dengan menjalankan salah satu
tugas tersebut.
Tibalah di hari-H. Apa yang sudah direncanakan secara detil dan matang
dalam e-Rapat tinggal dieksekusi di lapangan. Seusai acara kolokium, bukan
berarti pekerjaan tim selesai, terutama bagi tim reporter dan dokumentasi
video. Video rekaman acara kolokium selanjutnya diolah sedemikian rupa hingga dapat
diunggah dalam Youtube. Selain dapat dinikmati oleh siapapun yang tidak sempat
hadir dalam kolokium, kehadiran video dalam format seperti ini juga membantu
tim reporter dalam penyusunan liputan, sehingga diperoleh liputan yang
berbobot, lengkap dan informatif. Di akhir proses, liputan dan video diiunggah
dalam website resmi KOPI Delft dan laman facebook PPI Delft.
Lewat pola kerja seperti ini, setidaknya Divisi Ilmiah PPI Delft periode 2014/2015 telah menghadirkan 17 narasumber, baik mahasiswa master, doktoral,
profesional, peneliti, dosen hingga profesor, untuk berbagi ilmu bersama dan
menebar inspirasi dalam acara KOPI Delft.
Tentu, apa yang kami lakukan tidaklah seheroik aksi pemuda Indonesia di Belanda
di era pergerakan nasional tahun 20-an. Namun, kami yakini, semua ini adalah
kontribusi kecil yang mudah-mudahan bermanfaat bagi Indonesia, walau kami
sendiri tidak tahu kapan manfaat itu bisa dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada
semua anggota tim: Pak Yazdi, Pak Senot, Pak Dieky, Pak Agus, Pak Isnaeni, Mbak
Ajenk, Bu Pungky, Mbak Fiona, Pak Adhi, Mas Yudha, Mas Damar, Mas Hariadi Jejey
dan Mas Dhata. Senang bekerja sama dengan saling belajar bersama. Semoga karya kecil kita ini memberi kontribusi
bagi kemajuan Indonesia. Demikian pula, rasa terima kasih saya haturkan kepada pengurus
PPI Delft 2014/2015 serta semua teman yang setia mengikuti dan membantu setiap
acara KOPI Delft.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar