Senin, 03 Agustus 2015

Gowes Rotterdam

Mau liburan yang super hemat tapi tetap memuaskan? 

Ada banyak alternatif jawaban dari pertanyaan di atas, karena budget terbatas hampir selalu membuat setiap orang lebih kreatif, termasuk dalam merencanakan kegiatan di kala liburan. Yang jelas, liburan di musim panas di Belanda (zommervakantie), sayang sekali bila dilewatkan begitu saja. Hanya saja, liburan musim panas tadi seringkali dibarengi dengan kondisi anggaran yang sudah tipis, yang mungkin hanya cukup untuk menopang hidup secara normal, tanpa agenda berlibur ke kota-kota lain baik di dalam maupun luar Belanda. Meski begitu, solusi tetap harus dihadirkan, karena momen liburan di bawah sorot mentari khas musim panas adalah kesempatan langka bagi saya di Belanda.

Musim panas tahun ini, saya dan istri mencoba satu hal baru di luar kebiasaan kami setiap liburan anak tiba selama satu tahun ini. Gowes. Atau, bersepeda ria. Menurut kami, inilah salah satu cara liburan yang tetap menyenangkan namun hemat. Pengalaman nggowes yang akan saya ceritakan berikut sama sekali tidak mengeluarkan uang sepeser pun selama perjalanan.

Gowes Rotterdam! Minggu, 2 Agustus, kami ‘berlibur’ ke Rotterdam dengan sepeda. Rumah sementara kami di Schiedam hanya terpaut beberapa ratus meter saja dari perbatasan dengan Rotterdam. Meski dekat dengan perbatasan, untuk mencapai pusat kota Rotterdam, kami masih harus bersepeda sekitar 6 km. Lumayan jauh bagi orang Indonesia jaman sekarang yang sebenarnya tidak terbiasa bersepeda. Walau demikian, niat awal kami bersepeda kali ini bukan untuk mencapai garis finish di suatu tempat di Rotterdam, melainkan untuk menikmati proses bersepedanya sendiri. Sudah menjadi rahasia umum, bersepeda adalah bagian hidup orang Belanda. Karenanya, jalur sepeda memang sudah tertata dan terfasilitasi dengan baik, serta tentunya nyaman dan aman.

Tujuan gowes kami adalah Erasmusbrug, sebuah jembatan yang menjadi ikon Rotterdam. Jembatan berkawat ini menghubungkan sungai Nieuwe Mass yang membelah Rotterdam. Saking besarnya, Nieuwe Mass menjadi jalur lalu lalang kapal-kapal besar pengangkut kontainer barang. Aktivitas lalu lalang kapal di sungai ini mengingatkan saya tentang pelajaran geografi di sekolah dasar dan menengah dulu. Rotterdam adalah salah satu pelabuhan terbesar di Eropa, yang menjadi salah satu gerbang tersibuk di benua biru ini. Begitu katanya. Kami berangkat berbekal buku promo wisata beberapa kota Belanda kiriman gratis dari Nederlandse Spoorwegen (NS) -semacam PT KAI-nya Belanda. Dua buah sepeda menjadi kendaraan kami. Masing-masing sudah dilengkapi dengan boncengan untuk anak kami, sehingga ia leluasa memilih mau duduk bersama saya atau istri saya. 

Sepeda kami dengan latar belakang Erasmusbrug. Gambar ini diambil pada kunjungan pertama kami ke Erasmusbrug tahun 2014 lalu.

Dalam perjalanan menuju Erasmusbrug, kami sempat menyinggahi Rotterdam Centraal Station. Di depan stasiun kereta berarsitektur ‘tidak biasa’ ini kami beristirahat sebentar. Perjalanan ke Erasmusbrug kami lanjutkan melewati Coolsingel, jalan arteri yang terhubung dengan pusat kota Rotterdam. Di sisi jalan ini terdapat balai kota, atau stadhuis, yang megah berpadu dengan langit biru ketika kami melewatinya. Kami lewati pula Beurs, salah satu pusat perbelanjaan terbesar yang pernah saya temui di Belanda. Sesampainya di ujung Coolsingel, tibalah kami di bibir Erasmusbrug. Kami putuskan untuk menyeberangi Nieuwe Maas melalui jembatan itu. Jembatan besar nan kokoh tadi ternyata cukup stabil saat mobil, bus dan tram berlalu lalang melaluinya. Jalur sepeda dan pejalan kaki pun disediakan dengan ukuran yang cukup lapang, sehingga pengguna jalur ini dapat merasakan desiran angin sambil menikmati pemandangan sungai besar ini. Perjalanan mengesankan di jembatan ini berakhir di turunan di daerah Wilhelminaplein.

Peta perjalanan kami dari Rotterdam Centraal Station menuju Erasmusbrug (Sumber gambar: googlemaps)

Rotterdam Centraal Station
Stadhuis, atau semacam balai kota Rotterdam 
Erasmusbrug
Kami sengaja tidak memperpanjang perjalanan kami sesampainya di Wilhelminaplein. Pulang ke rumah adalah tujuan kami berikutnya. Namun, kami memutuskan untuk melewati jalur yang berbeda untuk pulang, yakni melewati dua jembatan besar yang lain di sisi timur Erasmusbrug, yakni Koninginnebrug dan Willemsbrug. Dalam perjalanan menuju kedua jembatan tersebut, kami menemukan tempat yang cukup nyaman untuk beristirahat sembari melihat Nieuwe Maas beserta segala aktivitas perkapalannya. Di tempat ini, kami buka bekal yang kami bawa. Sekali lagi, ini adalah liburan hemat, jadi bekal ini sengaja kami persiapkan dari rumah untuk dinikmati di tempat tujuan. Lumayan, mie goreng dan irisan mangga cukup mengenyangkan perut setelah bersepeda dalam waktu yang relatif lama. Hehehe…

Di sini tempat kami beristirahat sambil menikmati pemandangan Nieuwe Maas
Kenyang dengan bekal kami, perjalanan dilanjutkan menyasar kedua jembatan besar yang saya sebut tadi. Koninginnebrug adalah yang pertama kali kami lewati. Jembatan yang tampak terbuat dari rangka-rangka baja ini tidaklah panjang, dan bentuknya lebih sederhana dari Erasmusbrug maupun Willemsbrug. Di samping jembatan ini, kami saksikan De Hef, bangunan berwarna hijau yang konon adalah jembatan kereta. Namun saat ini tampaknya sudah tidak difungsikan lagi.

Koninginnebrug
De Hef
Turun dari Koninginnebrug, kami masuk ke tanjakan lagi menuju Willemsbrug. Jembatan dengan rangka merah ini mengingatkan saya akan jembatan Suramadu yang pernah saya lewati. Walau jauh lebih kecil dari Suramadu, Willemsbrug juga mempunyai dua kaki utama yang kokoh dan menjulang tinggi. Seperti di dua jembatan yang sudah kami lalui, jalur sepeda yang lapang juga tersedia, sehingga memudahkan bagi saya untuk mengambil beberapa foto di atas jembatan tadi. Tur di Willemsbrug berakhir di salah satu sudut Rotterdam yang terkenal, yakni Oudehaven, atau pelabuhan tua, dimana beberapa kapal tua diparkir berjejer di sebuah pelabuhan kecil. Di sekelilingnya berderet restoran ala negeri barat. 

Lajur sepeda berdampingan dengan lajur bus dan mobil di Willemsbrug 

Willemsbrug

Perjalanan pulang kami berlanjut melewati Rotterdam Blaak. Di tempat ini berdiri Markthal, sebuah kompleks pertokoan besar yang masih relatif baru di Rotterdam. Yang juga menarik adalah Kubuswoningen atau rumah kubus, yang juga menjadi ikon Rotterdam dan terletak di dekat Markhal. 

Oudehaven dengan latar belakang Kubuswoningen  
Markthal

Kubuswoningen
Kali ini, kami sengaja tidak mampir ke tempat-tempat tersebut, karena jarum jam sudah menunjuk angka setengah tujuh sore. Beberapa waktu sebelumnya, kami juga sudah mengunjunginya. Keluar dari Blaak, kami bertemu lagi dengan Rotterdam Centraal Station dan beranjak pulang menuju jalur sepeda ke Schiedam lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar