Minggu, 09 Februari 2014

Deadline!

Ide tulisan ini muncul terinspirasi oleh posting kawan saya di sebuah media sosial. Deadline! Sebuah kata yang akrab terdengar di telinga kita, terutama yang pernah atau sedang menjalani fase sebagai pelajar di kampus. Deadline serasa momok menakutkan, yang membuat jantung berdegup lebih kencang, tegang bahkan stres. Namun, seorang kawan saya yang lain merespon postingan tersebut dengan pandangan yang sedikit berbeda. Menyitir argumen pembimbingnya, kawan saya yang terakhir ini berpendapat bahwa deadline itu bermanfaat, khususnya pada saat menulis paper, laporan maupun tesis. Alasannya, karena berapa lamapun waktu untuk menulis paper, hasilnya tidak akan jauh berbeda.

Saya berpikir sebentar setelah membaca argumen kawan tersebut. Ternyata memang benar juga pendapat kawan saya itu. Jika saya coba petakan dimana pentingnya sebuah deadline, jadilah grafik seperti gambar berikut. Tentu saja, grafik ini hanya hasil rekaan saya dan pasti subjektif! Hehehe...


Grafik di atas memetakan produktivitas dan capaian sebagai fungsi waktu. Relasi antara capaian dan waktu dapat diplot dalam sebuah kurva yang bentuknya mirip seperti susunan anak tangga (warna biru), sedangkan produktivitas sebagai fungsi waktu digambarkan dengan kurva naik turun (warna merah). Setiap anak tangga pada grafik capaian berbentuk lengkung, dengan awalan yang naik curam dan berhenti pada fase jenuh. Kalau dibaca dari sisi kiri berarti capaian kita melesat cepat, seiring dengan produktivitas yang juga masih tinggi, di awal fase menulis sebuah paper maupun laporan. Cukup beralasan, karena saat itu kita masih segar bugar meski dihadapkan pada banyak bacaan atau data yang harus dibaca, dicerna, diolah dan ditulis. Seiring dengan berjalannya waktu, produktivitas menurun, hingga pada suatu titik, muncullah saturasi, kejenuhan, dimana capaian kita tidak lagi pesat, padahal capaian masih belum 100%. Pikiran kita mulai lamban, mengalami blocking, serta tidak lagi lancar menelurkan ide-ide brilian dalam tulisan. Tingkah polah kita di depan monitor lebih sering berupa aktivitas edit mengedit kata di sana sini, mengganti mana yang tidak tepat menjadi tepat. Tidak jarang malah kantuk menyerang dengan hebatnya, karena gairah menulis yang sudah menurun dan kebosanan yang melanda. Kalaupun tetap dipaksakan menulis, tidak lagi efektif dan hasilnya tidak signifikan. Nah, di sinilah kira-kira fungsi deadline yang dimaksud kawan saya tadi.

Deadline dalam grafik di atas hadir sebagai pemutus sebuah anak tangga dengan anak tangga yang lain. Tatkala kita merasa jenuh, bosan dengan aktivitas menulis kita, dan produktivitas seakan tidak mau naik lagi, deadline bisa menjadi solusinya. Adanya deadline, membuat kita sesegera mungkin memberikan kesempatan pada supervisor atau pembimbing melihat tulisan kita, mengkoreksi dan selanjutnya memberikan feedback atau umpan balik. Kita pun bisa beristirahat sementara waktu untuk menyegarkan pikiran setelah draft paper, laporan atau tesis kita serahkan kepada supervisor. Setelah feedback diperoleh dan pikiran segar kembali, produktivitas kita pun naik lagi, membawa kita naik satu tingkat atau satu anak tangga yang lebih tinggi lagi. Selesaikah sampai di sini? Belum. Seringkali kita untuk mengalami fase penurunan produktivitas kembali, yang berujung stagnasi lagi sebelum hasil mencapai 100%. Jika demikian, kiranya deadline bisa kita gunakan lagi sebagai penolong. Runtutan seperti ini bisa berulang beberapa kali, tergantung kemampuan dan kemahiran kita mengolah tulisan kita hingga tercapai hasil 100% sebagaimana diharapkan. Nah, jika seperti ini grafiknya, berarti semakin banyak deadline, semakin cepat pula mencapai 100%, bukan? Hehehe…

Bergulat dengan deadline memang sering, bahkan selalu, tidak menyenangkan. Jujur, saya sendiri termasuk di antara sekian orang yang tidak suka dengan deadline yang diberikan orang lain, tetapi mampu bekerja lebih efektif dengan deadline yang saya tetapkan sendiri. Tetapi, itu semua kembali kepada pribadi masing-masing. Bagi sebagian orang, justru dengan deadline produktivitas meningkat tajam. Apapun itu, kita sendirilah yang mampu berkompromi dengan si deadline.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar