Presentasi
poster ilmiah seringkali dianggap remeh oleh sebagian orang, bahkan termasuk di
antaranya para peneliti itu sendiri. Dulu, saya pun ikut ‘terpancing’ meremehkan
presentasi poster dalam sebuah forum konferensi atau seminar. Siapa yang
memancing saya, itu tidak penting. Yang lebih penting, saat ini saya sudah
sadar, bahwa presentasi poster itu sama berharganya dengan presentasi oral dalam
sebuah seminar atau konferensi.
Kapan saya
sadar? Pertanyaan yang tidak penting juga. Namun tidak ada salahnya saya
bercerita, wong saya juga manusia
biasa yang tidak luput dari segala kesalahan, huhuhuuu… Saya sadar setelah akhirnya abstrak yang saya kirimkan
untuk sebuah konferensi di Belanda hanya diterima untuk sebuah presentasi
poster. Padahal, awalnya saya sangat optimis abstrak tersebut bisa diterima
untuk presentasi oral. Ya, sudah. Jujur, mulanya saya kalut juga menerima
keputusan dari panitia konferensi ini. Namun, seiring waktu berjalan, saya
mulai menerimanya dan berjanji dalam hati tidak akan menyia-nyiakan kesempatan
baik ini, walaupun maksud hati tidak tercapai. Hihihiii…
Walaupun
sebagian orang meremehkan, mempersiapkan dan melakukan presentasi poster itu
sendiri sebenarnya tidaklah semudah membalik telapak tangan. Bila dalam presentasi
oral, seorang presenter dituntut
ringkas dalam presentasinya karena keterbatasan waktu, maka dalam presentasi
poster, batasan itu berasal dari ruang yang tersedia pada kertas poster. Memang
tersedia ukuran kertas yang lebar, utamanya A1 dan A0 yang biasa dipakai
sebagai standar ukuran poster ilmiah. Namun, menyusun kata, gambar dan aliran
presentasi hingga mengalun halus, ringkas, jelas dan atraktif bukanlah hal yang
gampang. Dibutuhkan latihan beberapa kali hingga mampu merumuskan semuanya
itu dengan baik pada kertas yang tersedia.
Presentasi poster setidaknya sudah saya lakukan tiga kali
selama menjadi mahasiswa S3 di TU Delft. Yang pertama adalah sebuah presentasi di Euro Powder Metallurgy 2013 Conference and Exhibition, di Gothenburg,
Swedia. Sayang sekali, saya tidak dapat berangkat ke konferensi tersebut karena
alasan keterbatasan finansial. Akhirnya,
pembimbing saya yang mengambil alih tugas presentasi tersebut karena kebetulan
beliau juga mendapat mandat sebagai salah satu reviewer dalam konferensi tersebut. Tak masalah, karena saya pun
akhirnya kecipratan ‘berkah’ dengan mengikuti konferensi itu. Makalah saya dalam
prosiding seminar tersebut diminta oleh sebuah penerbit untuk diterbitkan
sebagai salah satu artikel ilmiah di salah satu jurnal yang diterbitkannya.
Presentasi
poster kedua dilakukan di Belanda dalam The
5th Dutch Biomedical Engineering Conference. Lokasi
seminar berada di ujung kota Alkmaar, tepatnya di Egmond aan Zee yang berada di
tepi pantai barat Belanda. Kali ini saya full
mempersiapkan dan melakukan presentasi itu sendiri. Seminar inilah yang
saya sebut di atas telah mengajarkan saya untuk tidak meremehkan presentasi
poster.
Yang terakhir adalah sebuah presentasi dalam acara
PhD day di fakultas saya di TU Delft.
Walaupun acaranya sebenarnya kurang berbau ilmiah, saya tidak ambil pusing. Saya ambil
kesempatan ini untuk belajar mendesain poster lagi. Dan yang lebih penting,
belajar dari kawan lain sesama peserta perihal bagaimana berkomunikasi dan
menampilkan poster kita sebaik mungkin di hadapan audiens yang menghampiri
poster kita.
nice sharing...
BalasHapusTerima kasih Pak Syamsul atas kunjungannya.
Hapus