Selasa, 06 Juni 2017

Segelas Teh Manis

Berjalan di selasar kampus terjumpai riuh mahasiswa. Beberapa di antaranya berpakaian rapi, tampaknya baru saja lulus ujian pendadaran. Menjadi calon sarjana. Sementara tergenggam oleh beberapa kawannya seikat bunga dan kamera maupun handphone untuk mengabadikan momen istimewa itu. Meriah, riuh dan pastinya membahagiakan berada bersama orang-orang terdekat merayakannya.

12 tahun lalu, 13 Juli, sore itu kampus tampak sepi. Ujian serupa telah usai. Bapak-bapak dosen penguji pun sudah berlalu melewati koridor dekat ruang ujian pendadaran. Tak ada mahasiswa yang lain. Tidak ramai, tidak riuh juga. Tak satupun kawan nampak batang hidungnya. Maklum, banyak dari mereka tersebar di desa-desa lokasi KKN. Ada pula yang mudik karena waktu itu memang masa libur perkuliahan.

Dalam sunyi sore itu, seorang bapak staf tata usaha yang bertugas membersihkan ruangan datang dan tetiba bertanya: kok sendiri saja mas? Terjawab oleh mulut ini dengan senyum dan kata 'inggih Pak'. Bapak tadi lalu menyodorkan segelas teh yang tersisa, karena seorang bapak dosen penguji tidak meminumnya. Ia lalu menemani sampai teguk teh terakhir, walau jam telah menunjuk pukul setengah lima. Jadilah, segelas teh itu penambah rasa syukur. Ternyata tetap membahagiakan. Tanpa bunga atau jepretan kamera, tetapi segelas teh manis bapak staf tata usaha yang baik hati tadi, sebelum melangkah pulang membawa berita istimewa untuk ibu dan bapak di rumah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar