Motuba, alias Mobil Tua Bangka.
Belakangan ini, banyak orang menyematkan
panggilan tersebut pada mobil-mobil mereka yang telah berusia sepuh, berusia
tua, setidaknya telah mengantongi angka 15 hingga 20 tahun. Namun begitu, mereka
cukup bangga pada mobil-mobil tua mereka, lantaran seribu alasan, mulai dari bagaimana
cara mereka memilikinya, memori dengan orang-orang terdekat atau family mereka,
atau karena mobil itu adalah mobil impian masa kecil atau muda mereka.
Di era yang penuh dengan serbuan gencar
jenis-jenis mobil baru yang canggih, bertenaga ciamik, irit bahan bakar, bahkan
banderol harga yang konon dikata terjangkau bin murah (misal mobil sejenis low
cost green car atau LCGC), mempunyai mobil barangkali adalah godaan
tersendiri bagi seseorang. Ditambah lagi, masyarakat di negeri kita ini memang
menggantungkan salah satu simbol status sosialnya pada kepemilikan kendaraan beroda
empat ini. Lihat saja, betapa banyak orang tua yang bangga, bercerita ke sana
kemari tentang anaknya yang sudah lincah menyetir mobil, padahal -maaf seribu
maaf- usia si anak belumlah layak secara hukum untuk mengendarai sebuah mobil.
Kita pun tak menampik, ada banyak
orang yang sebetulnya memang sudah layak memiliki dan menggunakan mobil sebagai
alat transportasinya. Bisa jadi karena jarak mobilitas hariannya yang jauh,
jumlah anak yang banyak dan telah beranjak besar, atau bahkan memang mobil adalah
alat baginya untuk bekerja. Meski demikian, memiliki mobil baru hampir selalu
menjadi impian semata, lantaran kondisi finansial yang tidak mendukung. Ia
bukanlah prioritas, bahkan sejak di atas kertas.
Ya, mobil baru memang masih cukup
mahal. Kan bisa kredit atau mencicil untuk membelinya? Bisa jadi, jawaban itu
adalah solusi bagi sebagian orang. Namun, ada juga yang enggan mengambil solusi
itu, dengan alasannya masing-masing. Dihadapkan dengan kenyataan ini, mungkin
membeli mobil bekas, bahkan berusia tua, adalah solusinya.
Mobil tua. Dua puluh hingga empat
puluh tahun mungkin sebuah mobil yang kini tua renta harganya memang selangit.
Namun, seiring dengan bertambahnya usianya, harga mobil-mobil tersebut turun. Ya, pastinya diiringi dengan berbagai kekurangan
akibat umur: berbagai komponen yang mulai aus, cat yang mulai kusam dan
mengelupas, korosi di beberapa bagian, bahkan kondisi mesin yang tak segarang
mobil tersebut di masa mudanya.
***
Honda City Type Z ini saya beli
dalam keadaan sudah berusia menjelang tua. Dua puluh tahun usianya. Keputusan
mengakuisisinya didahului oleh proses pemikiran panjang, dibumbui mimpi-mimpi
masa kanak dan muda yang ternyata belum menguap terhempas zaman. Tentang
harganya yang sesuai kantong, pastilah menjadi pertimbangan paling utama. Tentang
bentuk dan performanya, ya… ia menjadi pilihan lantaran pernah singgah dalam
mimpi-mimpi saya dua puluh tahun silam. Lalu, bagaimanakah dengan kondisinya?
Akan ada banyak cerita setelah ini. Salah satunya adalah insiden knalpot yang patah gegara struktur fisiknya yang telah rapuh dan berkarat, seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya di sini. Selebihnya, saya akan mencoba mengulasnya satu per satu
dalam postingan-postingan saya selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar