Selasa, 12 November 2013

Introducing Indonesia to the World

Ternyata Pulau Bali masih lebih populer daripada Indonesia. Betapa mudahnya belajar bahasa Indonesia, tidak ada tenses, tidak ada pembedaan kata berdasar jenis kelamin serta cukup pengulangan kata saja bila ingin menyebut sesuatu secara jamak. Itulah kesan-kesan yang saya dapatkan dari beberapa teman dari seluruh belahan bumi setelah saya mempresentasikan Indonesia dalam forum International Presentation di departemen saya di TU Delft. Ya, di situlah kesempatan mengenalkan dan mempromosikan Indonesia di forum yang lebih luas, dunia. Mengapa saya sebut dunia karena ternyata departemen saya ini diisi oleh mahasiswa lintas negara, mulai dari Belanda, Prancis, Jerman, Meksiko, Yunani, China, India, Iran, Jepang, Italia, Turki, Malta, Rumania, Indonesia dan Inggris. Hal ini membuat nuansa Belanda tidak banyak terasa sekalipun TU Delft ini adalah universitas Belanda. Entah siapa penggagasnya, yang jelas forum bulanan ini menarik untuk diikuti. Dan, yang saya tangkap, ada rasa saling menghormati yang muncul setelah masing-masing mempresentasikan negaranya. Di departemen saya ini, hanya saya seorang yang berasal dari Indonesia. Oleh karenanya, ketika datang tawaran kepada saya untuk mempresentasikan Indonesia, mau tidak mau harus saya sendiri yang melakukannya. Ada perasaan wajib dalam hati untuk melakukannya. Ditemani kripik singkong dan kue kering khas Indonesia yang saya temukan di salah satu supermarket di Delft, saya beranikan diri ngomong tentang Indonesia.



Awalnya, sempat muncul sedikit keraguan dalam diri saya dalam mempersiapkan presentasi. Indonesia memang sudah lama dikenal dengan budayanya yang luhur, alamnya yang indah, makanannya yang super lezat serta hasil kerajinan tangannya yang unik. Semua orang di belahan bumi lain pun tahu dan mengakui hal ini. Namun, adakah hal-hal lain yang bisa saya tunjukkan bahwa inilah Indonesia yang juga hebat, sejajar dengan negara-negara lain yang unggul, terutama dalam hasil karyanya yang berdaya saing, bukan hanya dari alam, budaya dan flora faunanya? Saya sempat berpikir keras, karena harus saya akui banyak imej buruk tentang Indonesia yang ternyata diketahui oleh orang-orang asing. Saya ingat, sekitar tiga tahun yang lalu, seorang kawan India pernah bercerita santai pada saat coffee break tentang hebohnya video tidak sopan yang diputar di forum wakil rakyat Indonesia. Jelas, hal ini memalukan bagi saya, apalagi saat itu sedang berada di negeri orang. Memang benar sebuah anggapan, ketika kita sedang belajar di negeri orang, kita ini laksana seorang duta bagi Indonesia. Hal buruk tentang situasi dalam negeri yang dibicarakan orang asing dan sampai di telinga kita sungguh sangat mengusik hati.


Singkatnya, olah pikir saya akhirnya membuahkan ide untuk menampilkan produk-produk teknologi terbaru yang ada di Indonesia dan dibuat oleh tangan-tangan terampil orang Indonesia. Saya fokuskan pada dunia penerbangan dan industri militer Indonesia yang saya ikuti perkembangannya. Foto pesawat CN-235 buatan PT. Dirgantara Indonesia dan CASA, produk-produk kapal dari PT. PAL, hingga panser dan jip tempur karya PT. Pindad adalah beberapa gambar yang saya tampilkan dalam presentasi. Tidak banyak, karena produk-produk nasional yang tergolong high-tech semacam itu dan yang sudah bisa menembus pasaran internasional memang belum banyak. Namun dengan itulah, saya bisa merasakan kebanggaan sebagai orang Indonesia, ada produk-produk yang layak ditunjukkan kepada dunia. Tidak lupa, di akhir presentasi saya sedikit bercerita sambil berpromosi tentang Garuda Indonesia, satu-satunya national flag carrier milik Indonesia. Lagi-lagi, segudang prestasi yang telah diraih maskapai nasional ini dalam beberapa tahun terakhir bisa membuat saya tersenyum bangga di depan teman-teman saya. Inilah The World’s Best Economy Class (2013), The Best Regional Airline in Asia (2012) dan The World’s Best Regional Airline (2012) versi Skytrax, sebuah lembaga penilai performa maskapai yang sangat diakui dunia. Saya petik sebuah kesimpulan, bahwa karya nyatalah yang bisa membuat bangga saat menampilkan Indonesia di depan mata dunia, bukan sekedar rencana muluk-muluk, janji-janji yang tak kunjung direalisasikan serta komentar-komentar yang tidak dibuktikan menjadi karya yang sebenarnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar