Suatu pagi, saya merasa surprise, merasa senang sekali setelah tidak sengaja membuka laman Google Scholar dan mengetikkan nama saya
di pada kolom yang disediakan. Muncul kejutan berupa bertambahnya angka sitasi
pada dua artikel yang telah saya publikasikan pada tahun 2011 dan 2012 lalu.
Yang membuat saya senang adalah, angka sitasi itu langsung bertambah 3 poin.
Ya, 3 poin saja mungkin bagi pembaca adalah angka yang kurang berharga dan tidak
fantastis. Namun, bagi saya angka 3 poin ini sudah cukup melegakan, setelah
sebelumnya dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk menaikkan 1 poin sitasi saja.
Dari 3 poin yang saya dapatkan, dua di
antaranya saya peroleh dari artikel yang saya tulis pada tahun 2011 dan
dipublikasikan di jurnal Applied Surface
Science. Artikel tersebut saya susun dari hasil penelitian singkat saya
selama kurang lebih dua bulan, antara April – Mei 2011, di bengkel dan
laboratorium saya di UGM. Melihat kembali artikel tersebut membuat ingatan saya
melayang pada segelintir peristiwa di masa itu.
Saya terkenang saat menata kembali kehidupan
akademik dan riset saya setelah kembali dari sebuah perjalanan panjang selama
satu tahun lamanya. Sepanjang perjalanan itu, saya tidak bersentuhan dengan
topik riset saya tekuni sebelumnya. Sudah barang tentu, adalah pekerjaan berat
untuk me-restart pemikiran dan segala
infrastruktur yang dibutuhkan untuk menghidupkan kembali topik penelitian saya
tersebut. Mengapa saya tidak move-on,
atau berpindah saja ke lain topik saat itu? Saya mungkin bukan orang yang
terlalu berani untuk move-on. Saya
memilih konsisten pada bidang ilmu yang ditekuni. Justru dengan konsisten, saya
merasa lebih asyik dan berharap –mungkin- akan menemukan hal-hal baru yang
cukup berharga, setidaknya bagi bidang yang saya tekuni.
Saya juga teringat pada peralatan di
laboratorium yang masih serba terbatas dan hampir tidak ada bedanya dengan
peralatan yang saya gunakan sebelum saya berangkat meninggalkan kampus empat
setengah tahun silam. Hal ini mamaksa saya berpikir bagaimana memberdayakan
semua peralatan tersebut, namun tetap dapat menghasilkan karya baru yang tidak
sama dengan karya-karya sebelumnya. Belum lagi masalah dana. Di masa saya me-restart kegiatan penelitian saya saat
itu, tidak ada dana yang dikucurkan dari hibah penelitian yang ada. Saya pun
rela merogoh dua juta rupiah dari kantong sendiri untuk diinvestasikan sebagai
modal awal penelitian.
Pun, saya teringat pada kehidupan pribadi yang
semakin dinamis. Adalah sebuah kebahagiaan tanpa tanding saat buah hati hadir dalam
kehidupan kita. Kehidupan pribadi pun berubah. Dulu, pikiran dapat dicurahkan sepenuhnya
untuk pekerjaan atau bahkan sekedar ‘berhura-hura’ bersama istri. Setelah sang
buah hati lahir, sudah bukan perkara mudah lagi mencurahkan pikiran sepenuhnya untuk
pekerjaan maupun bersantai-santai ria. Bahkan, jadwal yang sudah diatur sedemikian
rupa, tidak ada jaminan terlaksana sesuai rencana. Demikian yang terjadi saat
itu, menyisihkan waktu dan mengisinya untuk menulis manuskrip untuk dikirimkan
pada sebuah jurnal juga menjadi sebuah perjuangan tersendiri.
Meski terkesan sedikit pilu dan sulit, namun
saya senang mengingat rangkaian peristiwa tiga tahun yang lalu itu. Terbukti, di
tengah tumpukan kesulitan yang saya alami, ternyata tetap terselip
untaian cerita manis atau heroik yang berujung gembira, walaupun tidak terjadi
dalam waktu sekejap. Dia Yang Maha Mengetahui tidak pernah tidur, dan selalu
melihat usaha sekecil apapun yang kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar