Delft di bulan Desember seperti halnya negara-negara empat musim di belahan
bumi utara. Di bulan penghujung tahun Masehi ini, Benua Eropa mengalami waktu
malam yang lebih panjang daripada siang harinya. Meski demikian, semarak
kehidupannya tidak surut. Beberapa kota di Eropa justru mempunyai tradisi
perayaan atau festival di malam hari. Delft salah satunya. Setiap awal
Desember, kota di barat daya Belanda ini mempunyai sebuah acara unik yang
dinamai Lichtjesavond, night of lights atau malam cahaya. Acara
yang digelar oleh pemerintah (gemeente)
Kota Delft ini berlangsung sejak jam 5 petang hingga kira-kira 10 malam
Di tahun 2014 ini, saya menyempatkan diri sejenak untuk datang menikmati festival
lichtjesavond yang jatuh pada hari
Selasa, 9 Desember, sembari menempuh perjalanan pulang ke rumah dari kampus. Kali
ini, festival yang sebenarnya diadakan untuk menyambut Christmas days di Belanda ini menyajikan warna-warni sorot dan cahaya
lampu yang diguyurkan pada gedung-gedung tua di centrum atau pusat Kota Delft. Salah satu yang spektakuler adalah
permainan cahaya yang disorotkan pada salah satu bangunan utama di centrum, sehingga muncul efek bangunan seolah
bergoyang atau bahkan runtuh. Pentas serupa rasanya pernah saya lihat di Jakarta melalui layar televisi.
Sebuah panggung berhiaskan warna-warni cahaya
lampu juga disiapkan untuk pentas, terutama paduan suara gereja di Delft. Masih
di sekitar kawasan centrum Delft, terdapat pula stan-stan penjualan barang antik
dan makanan, mirip dengan apa yang pernah saya tulis dahulu tentang pasar 'klithikan' di centrum Kota Delft. Sejenak ingatan saya
melayang pada suatu tempat yang terpaut 11.776 km jauhnya dari tempat saya
berdiri saat itu. Yogyakarta.
![]() | ||
Panggung di depan Nieuw Kerk, di centrum Kota Delft |
![]() |
Permainan sorot cahaya pada salah satu gedung di centrum Kota Delft |
![]() | ||
Warna-warni gedung-gedung tua di kawasan centrum Kota Delft |
![]() |
Stan-stan penjaja makanan dan barang-barang, termasuk barang antik, di seputaran centrum Kota Delft saat festival Lichtjesavond |
Di Yogyakarta, tempat kelahiran saya, terdapat
sebuah festival yang kurang lebih sama dengan lichtjesavond. Kami menyebutnya Sekaten. Konon, tradisi tahunan ini
mempunyai hubungan sejarah dengan usaha Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama
Islam melalui seni dan budaya. Sejak saya kecil hingga sekarang, perayaan
Sekaten identik dengan pasar malam.
Perayaan Sekaten
dilaksanakan selama satu bulan penuh di bulan Sapar, yakni bulan kedua dalam
kalender Jawa. Perayaan yang diprakarsai oleh pemerintah Kota Yogyakarta ini
digelar di alun-alun utara, yang letaknya persis di depan Kraton Yogyakarta dan
seberang jalan Masjid Gedhe Kauman. Ini mirip dengan lichtjesavond di Delft, dimana pusat kegiatan festival berada di
tanah lapang (square) yang berada di
depan gedung utama Delft dan gereja utama di Delft (nieuw kerk). Ditinjau dari maksud acaranya, ada pula kemiripan di
antara keduanya. Jika tradisi lichtjesavond
di Delft diadakan menyambut datangnya Hari Raya Natal (Christmas) bagi umat Kristiani, maka tradisi Perayaan Sekaten di Yogyakarta dimaksudkan untuk
menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam.