Kamis, 11 Desember 2014

Antara Lichtjesavond dan Sekaten

Delft di bulan Desember seperti halnya negara-negara empat musim di belahan bumi utara. Di bulan penghujung tahun Masehi ini, Benua Eropa mengalami waktu malam yang lebih panjang daripada siang harinya. Meski demikian, semarak kehidupannya tidak surut. Beberapa kota di Eropa justru mempunyai tradisi perayaan atau festival di malam hari. Delft salah satunya. Setiap awal Desember, kota di barat daya Belanda ini mempunyai sebuah acara unik yang dinamai Lichtjesavond, night of lights atau malam cahaya. Acara yang digelar oleh pemerintah (gemeente) Kota Delft ini berlangsung sejak jam 5 petang hingga kira-kira 10 malam

Di tahun 2014 ini, saya menyempatkan diri sejenak untuk datang menikmati festival lichtjesavond yang jatuh pada hari Selasa, 9 Desember, sembari menempuh perjalanan pulang ke rumah dari kampus. Kali ini, festival yang sebenarnya diadakan untuk menyambut Christmas days di Belanda ini menyajikan warna-warni sorot dan cahaya lampu yang diguyurkan pada gedung-gedung tua di centrum atau pusat Kota Delft. Salah satu yang spektakuler adalah permainan cahaya yang disorotkan pada salah satu bangunan utama di centrum, sehingga muncul efek bangunan seolah bergoyang atau bahkan runtuh. Pentas serupa rasanya pernah saya lihat di Jakarta melalui layar televisi.

Sebuah panggung berhiaskan warna-warni cahaya lampu juga disiapkan untuk pentas, terutama paduan suara gereja di Delft. Masih di sekitar kawasan centrum Delft, terdapat pula stan-stan penjualan barang antik dan makanan, mirip dengan apa yang pernah saya tulis dahulu tentang pasar 'klithikan' di centrum Kota Delft. Sejenak ingatan saya melayang pada suatu tempat yang terpaut 11.776 km jauhnya dari tempat saya berdiri saat itu. Yogyakarta.

Panggung di depan Nieuw Kerk, di centrum Kota Delft
Permainan sorot cahaya pada salah satu gedung di centrum Kota Delft
Warna-warni gedung-gedung tua di kawasan centrum Kota Delft 
Stan-stan penjaja makanan dan barang-barang, termasuk barang antik, di seputaran centrum Kota Delft saat festival Lichtjesavond

Di Yogyakarta, tempat kelahiran saya, terdapat sebuah festival yang kurang lebih sama dengan lichtjesavond. Kami menyebutnya Sekaten. Konon, tradisi tahunan ini mempunyai hubungan sejarah dengan usaha Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam melalui seni dan budaya. Sejak saya kecil hingga sekarang, perayaan Sekaten identik dengan pasar malam.
  
Perayaan Sekaten dilaksanakan selama satu bulan penuh di bulan Sapar, yakni bulan kedua dalam kalender Jawa. Perayaan yang diprakarsai oleh pemerintah Kota Yogyakarta ini digelar di alun-alun utara, yang letaknya persis di depan Kraton Yogyakarta dan seberang jalan Masjid Gedhe Kauman. Ini mirip dengan lichtjesavond di Delft, dimana pusat kegiatan festival berada di tanah lapang (square) yang berada di depan gedung utama Delft dan gereja utama di Delft (nieuw kerk). Ditinjau dari maksud acaranya, ada pula kemiripan di antara keduanya. Jika tradisi lichtjesavond di Delft diadakan menyambut datangnya Hari Raya Natal (Christmas) bagi umat Kristiani, maka tradisi Perayaan Sekaten di Yogyakarta dimaksudkan untuk menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam.