Judul di atas adalah bagian dari lirik sebuah
lagu anak-anak yang dinyanyikan oleh Tasya, seorang penyanyi cilik era akhir tahun
90an. Lagu tersebut rasanya relevan di penghujung bulan Desember ini. Ya, libur
telah tiba. Seperti halnya saat Idul Fitri di Indonesia, hari-hari menjelang Natal
(Christmas) dan tahun baru Masehi di negara-negara
Eropa juga diisi dengan libur panjang. Tak terkecuali kampus-kampus perguruan
tinggi di seantero Belanda. Tentu saja, momen ini adalah kesempatan emas untuk
berhenti sejenak dari rutinitas pekerjaan sehari-hari di kampus atau kantor.
Kesempatan untuk meng-adem-kan kepala
lagi setelah panas berlari kencang mengejar target-target yang harus tercapai.
Diakui atau tidak, libur adalah sesuatu yang
ditunggu-tunggu. Tua muda, pria wanita, semuanya pasti suka dengan momen
liburan. Saking gembiranya dengan hari liburnya, putri saya beberapa kali
bertanya kepada saya dan istri saat bangun tidur.
“Hari ini libur ya?” tanyanya.“Iya.” jawab kami.Ia lantas bertanya lagi, “Kalau besok (libur) juga?”Kami pun menjawab, “Iya, masih libur, Sayang.”
Dengan girangnya, ia lalu berlari keluar kamar
tidur menghampiri kotak mainannya. Lucunya,
keesokan paginya ia bertanya hal yang sama. Kejadian ini terus berulang selama
beberapa hari, walaupun tidak setiap hari. Putri kami tadi memang gembira
menyambut dan menikmati liburan, meski kami belum menjanjikan apa-apa untuk
mengisi liburannya. Baginya,
rasanya sayang bila masa liburan itu habis. Hehehe…
Liburan juga menjadi kesempatan untuk berkumpul
bersama keluarga secara lebih intensif. Dalam sayup-sayup, saya pernah mendengar
pembicaraan promotor saya dengan koleganya dua tahun lalu. Intinya, profesor asli
Belanda ini berujar bahwa liburan adalah waktu untuk keluarga. “It’s family time!”, katanya. Waktu itu liburan Natal dan Tahun Baru 2013 baru
saja usai. Dan, ‘malangnya’ saya tidak bisa mengambil ‘liburan’! Keadaan finansial belum memungkinkan
liburan bagi saya yang masih harus menjalani LDR dengan keluarga kecil saya di Indonesia. Saya tidak bisa pulang ke Indonesia,
untuk benar-benar liburan dan berkumpul bersama keluarga. Jadilah, saya sebagai
salah satu manusia yang kesepian di waktu itu. Hehehe… rasain!
Sebenarnya, kalaupun saya paksa untuk tetap bekerja,
tetap saja tidak efektif, karena laboratorium tempat saya bereksperimen tidak
bisa sepenuhnya diakses dan kampus ditutup pada hari-hari tertentu, seperti
hari-H Natal, hari-H tahun baru dan hari-hari yang kejepit antara dua hari tersebut dengan weekend. Salju dan hawa dingin yang menggigit di kala itu membuat
saya tidak begitu berselera untuk keluar dari apartemen. Huhuuu… Hati saya selalu bergumam, “Alangkah indahnya bila
punya ‘pintu kemana saja’ seperti kepunyaan Doraemon. Dalam sekejap bisa pulang
ke Jogja. Gratis lagi!”
Sejak saat itu, saya kapok! Saya
bertekad pulang ke Indonesia untuk berkumpul bersama keluarga di waktu liburan
panjang Natal dan Tahun Baru selanjutnya. Benar saja, doa saya mungkin diamini
malaikat dan dikabulkan olehNya. Akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 saya bisa
berada di Jogja, berkumpul bersama keluarga, untuk liburan!
Mendekati ujung Desember 2014, liburan sudah
menghampiri lagi. Kampus sudah mulai sepi. Para mahasiswa, terutama bachelor dan master, sudah berangsur meninggalkan kampus untuk pulang ke rumah
orang tuanya, pulang ke negara asalnya, atau malah liburan ke negara yang lain.
Tempat parkir sepeda di kampus pun menjadi lengang. Pikiran saya pun mulai terkontaminasi oleh
hasrat untuk liburan. Alhamdulillah, sejak awal minggu ini, izin dari dosen pembimbing saya untuk liburan sudah
ada di genggaman. Bahkan, beliau pun malah menganjurkan saya untuk menikmati
liburan ini, tak usah memikirkan riset dan pekerjaan saya di kampus dulu. “Enjoy it with your family!”, ucapnya. Ouwwkeee..
kalau begitu, inilah saatnya liburan!
Barangkali para pembaca sudah banyak yang tahu
tentang manfaat liburan. Jika belum, tengok saja lewat mbah Google dengan keywords:
manfaat+liburan. Pasti para pembaca langsung ketemu dengan seabrek tulisan tentang liburan dan manfaatnya, mulai dari sarana
me-refresh kembali pikiran, kesehatan
hingga hubungan kekeluargaan dan sosial kita. Bahkan, pengalaman membuktikan,
bisa liburan dengan total membuat bekerja lebih efektif dan gesit berpikir
setelah kembali ke kampus atau kantor. Jadi, syukurilah bila kita mendapatkan
kesempatan untuk libur dan pergunakanlah dengan baik sebagai cara untuk
mensyukurinya. Bila kita sedikit jeli melihat keadaan di sekitar kita, atau di
tempat lain, mungkin rasa syukur kita akan bertambah. Tidak sedikit saudara
setanah air dan di belahan bumi yang lain yang tidak dapat menikmati dan menggunakan
waktu liburnya, sekalipun ia sudah dihampiri tanggal merah agar berhenti
bekerja sejenak. Bukan lantaran ia workaholic,
namun karena ada tanggungan yang harus ia penuhi nafkahnya. Ia tidak bisa
meninggalkan rutinitas pekerjaannya, karena keluarganya akan kelaparan atau anaknya
yang sakit tidak bisa berobat bila ia berhenti bekerja. Ada pula saudara kita
yang tidak bisa liburan lantaran masih dirundung musibah bencana alam di tempat
tinggalnya atau peperangan.
So, menutup tulisan ini, marilah kita isi waktu
liburan ini sebaik-baiknya. Kita
pergunakan dengan leluasa agar kita rileks dan bebas dari belenggu batin yang
mendera akibat rutinitas dan pekerjaan. Namun, tetaplah ingat bahwa karuniaNya
berupa liburan ini tetaplah harus disyukuri dengan apapun caranya.