Ahad lalu, 30 November, saya sempat mengikuti
diskusi online yang diselenggarakan
oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Belanda (PPI Belanda) bekerja sama dengan
Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) yang bertemakan perkembangan
energi terbarukan di Indonesia. Diskusi
yang dikemas dalam acara Lingkar Inspirasi PPI Belanda ini mengambil judul “Energi
Terbarukan Solusi Ketimpangan Energi”. Bagi saya, isu energi termasuk hal yang
menarik untuk diikuti, walaupun sebenarnya saya bukan pemerhati masalah ini.
Saya juga tidak sedang mendalami atau meneliti teknologi yang berkaitan dengan energi
atau pembangkitannya. Ketertarikan saya tentang energi lebih karena interest masa lalu saya saat mengambil
program S1 teknik mesin di UGM. Konsentrasi studi dan penelitian tugas akhir
(skripsi) saya saat itu bersentuhan dengan bidang energi, tepatnya mekanika
fluida. Mata kuliah seperti termodinamika dan teknik pembakaran menjadi santapan
wajib di tahun-tahun akhir masa studi S1 saya waktu itu.
![]() |
(Gambar: http://ureport.news.viva.co.id) |
Nah, kembali ke masalah diskusi virtual PPI
Belanda tadi. Yang ingin saya tuliskan
di sini bukanlah tentang energi terbarukan itu sendiri. Namun, sesuatu yang
berkaitan dengan concern saya tentang
dunia riset, yang kebetulan disinggung oleh narasumber dalam diskusi ini. Ada
dua narasumber dalam diskusi yang berjalan hampir dua jam ini, yakni Dr.
Muhamad Reza, seorang keyplayer I-4 untuk klaster energi, dan
Robert de Groot dari Hivos, semacam organisasi internasional yang bergerak di
bidang energi terbarukan dan sudah bekerja di beberapa daerah di Indonesia.
Sebuah pertanyaan menarik sempat dilontarkan oleh seorang audien. Mengapa
pemerintah Indonesia terlihat kurang yakin untuk berinvestasi di bidang riset
energi terbarukan? Padahal, ada sebuah universitas di Belanda yang justru tertarik dan rela menggelontorkan dana untuk proyek
riset energi terbarukan di Indonesia. Riset mereka pun sudah memberikan hasil. Selain
itu, apakah riset tentang energi terbarukan ini juga kurang menarik di
lingkungan akademik di Indonesia, sehingga tidak banyak mahasiswa yang mau
terlibat di dalamnya?
Dr. M. Reza tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Namun, ia berpendapat bahwa ada
baiknya universitas-universitas di Indonesia membangun proyek-proyek riset dalam
dua kelompok. Kelompok pertama berisi proyek-proyek riset yang dijalankan oleh para
peneliti yang bekerja dengan teori (atau, kalau boleh saya perjelas: riset
fundamental). Riset-riset semacam ini memang bernilai tinggi, namun memerlukan
waktu yang panjang untuk menuntaskannya. Sementara, kelompok kedua berisi proyek-proyek
riset yang sederhana dan cepat menunjukkan hasil. Riset-riset sederhana ini
sangat membantu akademisi untuk mendapatkan bantuan penelitian yang sering
dikucurkan pemerintah dalam bentuk dana tahunan. Dengan cara seperti ini,
proyek-proyek riset energi terbarukan dapat terus berjalan dan didanai. Sayangnya,
proyek-proyek riset sederhana seperti ini sering disepelekan, bahkan dikritik. Meski
demikian, Dr. M. Reza menyarankan agar kritik-kritik itu dibiarkan saja, agar
proyek sederhana yang diyakini bermanfaat itu tetap berjalan dan akhirnya
membuahkan hasil.
Sementara itu, Robert de Groot membenarkan bahwa pemerintah Belanda tidak
segan memberikan dana besar untuk penelitian di bidang energi terbarukan. Hal ini didorong oleh sifat pemerintah
Belanda yang menghargai dunia akademik sebagai engine for economic growth, mesin pertumbuhan ekonomi. Dana besar yang digelontorkan untuk riset harus
mampu memberikan imbal balik berupa peningkatan pertumbuhan ekonomi negeri
kincir ini. Atas dasar inilah, maka investasi pemerintah Belanda pada riset,
termasuk energi terbarukan, boleh dikata besar karena sektor energi jelas akan
berdampak pada perekonomian negara tersebut. Selain itu, kemudahan pemerintah
Belanda mengucurkan investasi dana riset untuk energi terbarukan juga
disebabkan oleh politik yang berlaku saat ini. Beberapa anggota kabinet pemerintahan
Belanda adalah para bekas aktivis green-peace,
sehingga relatif tidak sulit untuk menelurkan kebijakan untuk membantu
pengembangan energi terbarukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar